Jumat, 30 Juli 2010

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.

Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
Amin !

Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan". Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!

Cobalah bersyukur


Jika engkau memiliki semuanya, apalagi yang hendak dicari?

Bersyukurlah saat engkau tidak mengetahui sesuatu
Karena itu memberi kesempatan kepadamu untuk belajar

Bersyukurlah atas masa-masa sulit yang kau hadapi
Karena selama itulah engkau tumbuh menjadi dewasa

Bersyukurlah atas keterbatasan yang kau miliki
Karena hal itu memberimu kesempatan untuk memperbaiki diri

Bersyukurlah atas setiap tantangan baru
Karena hal itu akan membangun kekuatan dan karaktermu

Bersyukurlah atas kesalahan-kesalahan yang engkau perbuat
Karena hal itu memberimu pelajaran yang sangat berharga

Bersyukurlah ketika engkau lelah dan tak berdaya
Karena berarti engkau telah membuat suatu perbedaan

Adalah mudah untuk bersyukur atas hal-hal yang baik

Kehidupan yang bermakna adalah bagi mereka yang juga bersyukur atas kesulitan  yang dihadapi

Rasa syukur bisa mengubah hal negatif menjadi positf
Berusahalah bersyukur atas kesulitan yang engkau hadapi
sehingga kesulitan itu  akan menjadi berkah bagi dirimu

Lima Tingkatan Shalat

Tingkatan Pertama
Tingkatan orang yang tidak menjaga waktu shalat, wudunya, rukun-rukun lahiriahnya, dan khusyuknya.
Orang seperti ini dihukum atas shalatnya menurut ijmak para ulama.

Tingkatan Kedua
Tingkatan orang yang menjaga waktu shalat, menjaga wudu, serta menjaga rukun-rukun lahiriahnya. Namun, ia tidak memerhatikan kekhusyukannya. Orang ini akan dihisab shalatnya dengan hisab yang sulit. Banyak manusia yang berada di tingkatan ini.

Tingkatan Ketiga
Tingkatan orang yang menjaga waktu shalat, menjaga wudu, menjaga rukun-rukun lahiriahnya, dan berjuang keras melawan setan dalam shalat, khusyuk di awal, lalu setan dating “mencuri” shalatnya. Lalu ia kembali berjuang. Demikian seterusnya. Orang ini diampuni.
Ia berada dalam shalat dan jihad. Untuknya dua pahala: pahala shalat di saat khusyuk dan pahala perjuangan melawan setan.
Ini tingkatan yang benyak terulang. Kondisi dan keadaan manusia selalu berubah secara drastic. Setan berusaha untuk memanfaatkan berbagai kesempatan.

Tingkatan Keempat
Tingkatan orang yang menjaga waktu shalat, menjaga wudu, menjaga rukun-rukun lahiriahnya, serta khusyu dalam shalatnya. Ini adalah tingkatan yang tinggi. Ia berhasil melawan setan setelah perjuangan hebat. Orang ini mendapat pahala.

Tingkatan Kelima
Tingkatan orang yang menjaga waktu shalat, menjaga wudu, menjaga rukun-rukun lahiriahnya, menjaga kekhusyukan, lalu melepaskan kalbunya dan menyerahkannya kepada Allah Swt.
Jadi ia tidak berada di dunia. Ia bersama Allah Swt. Ia tidak lagi terkait dengan dunia, tidak lagi melihat dan mendengar. Barangkali saat semua manusia di sekitarnya mati, ia tidak mengetahuinya.

Jenis - jenis kepribadian


Kepribadian adalah kata yang cukup familiar. Kepribadian seseorang pasti akan mempengaruhi gaya kepemimpinan/leadership seseorang. Menurut ahlinya psikologi dan komunikasi masa, cirri-ciri kepribadian seseorang dibagi menjadi empat, yaitu: sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis. Masing-masing kepribadian tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan pribadi masing-masing, kita bias berusaha untuk mempertahankan kelebihannya dan merubah kekurangannya.


1. SANGUINIS (si popular)
Karakter ini cenderung ekstrovert, suka berbicara dan optimis.Pembawaan luarnya cenderung menarik, penuh semangat, humoris, emosional,antusias, dan ekspresif. Karakter ini juga cenderung kekanak-kanakan, penuhrasa ingin tahu, lugu dan polos, tapi hatinya tulus. Si sanguin inicenderung menjadi seseorang yang melaksanakan tugas secara sukarela, menjadisumber ide bagi yang lain, energik, antusias, kreatif dan inovatif, mudah dikagumi, serta good starter. Di sisi lain sanguin juga kurang konsisten dalam melakukanpekerjaannya dan kurang bisa menyadari kesalahan yang dibuatnya sendiri.
Menurut ahlinya, tips untuk bisa memperbaiki diri:
a. Don’t talk too much! Bicara yang singkat jelas dan penting.
b. Belajarlah mendengarkan orang lain
c. Perlu selalu mencatat hal-hal yang sudah disepakati, karena sering lupa d.Hilangkan sifat tidak tertib dan tidak dewasa
e. Jangan menunda-nunda menyelesaikan masalah
2. MELANKOLIS (si sempurna)
Karakter ini mempunyai pembawaan intovert, analitis, pesimis,serius, tekun, dan berbakat dalam bidang artistik, musikal dan filosofi. Melankolis sangat peka terhadap perasaan orang lain, suka berkorbandan idealis. Dalam bekerja cenderung berorientasi pada jadwal,perfeksionis, gigih, tersistematis, dan selalu mendapat penyelesaian yang kreatif.
Menurut ahlinya, tips bagi melankolis: a.cederung pemikir, sehingga mudah stress/tertekan. Jangan pasangmuka tertekan di depan orang lain. Segala sesuatu jangan dilihat darisisi buruknya saja, lihat juga sisi positifnya b.melankolis juga suka menunda-nunda, maka jangan terlalu lama dalam merencanakan sesuatu.
3. KORELIS (si kuat)
Karakter ini, aktif, optimis dan juga cenderung ekstrovert.Pembawaannya pantang menyerah, tegas, dinamis, serta berbakat memimpin, mempunyai kemauan yang kuat, kritis terhadap permasalahan dan selalu menemukan solusi untuk memperbaiki, dan mampu mengendalikan emosi. Dalambekerja korelis berorientasi pada target, memiliki pemecahan yang praktis, bergerak cepat dalam bertindak, mendelegasikan pekerjaan, berkembang karena saingan dari luar.
Menurut ahlinya, tips untuk si korelis. Tak ada gading yang tak retak, marilah belajar untuk mengurangiretaknya.
a. belajarlah untuk relaks, buatlah suasana yang nyaman. Jangan merasa bersalah ketika tidak melakukan apa-apa di waktu senggang.
b. Jangan terlalu menyepelekan dan memanipulasi orang lain untuk kemauanmu.
c. Belajarlah untuk sabar, mengurangi sifat menggurui dan sok kuasa
d. Orang korelis selalu merasa benar, maka terkadang akuilah oranglain ketika memang orang lain benar.
4. PLEGMATIS (si juru damai)
Tuhan menciptakan penyeimbangnya dalam wujud plegmatis yang damaiini. Kaum plegmatis cenderung intovert, pengamat, rendah hati, simpatik,diam, pesimis, sabar, supel, santai, cerdas, konsisten, menghindarikonflik, dan juru damai. Namun plegmatis cenderung menjadiorang yang pasif. Walaupun nama bawaannya juru damai, namun nama tersebut tidak selalu sedamai kelihatannya.
Berikut tips dari ahlinya bagi si plegmatis:
a. Bangkitkanlah semangat dari dalam diri sendiri, ubahlah pendapatdiam itu emas.
b. Harus berani mencoba hal-hal yang baru
c. Belajarlah menerima tanggung-jawab dan jangan menunda-nundapekerjaan.
d. Mencoba mengkomunikasikan dan menyampaikan perasaan.
e. Harus berani untuk mengatakan TIDAK dan belajar untuk membuatkeputusan untuk diri sendiri.

Ayat - Ayat ALqur'an intisasri sebuah semangat

"Mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, ketika kamu
kembali kepada mereka, agar kamu berpaling dari mereka. Maka
berpalinglah dari mereka; karena sesungguhnya jiwa mereka itu kotor
dan tempat mereka adalah neraka Jahanam, sebagai balasan atas apa
yang telah mereka kerjakan"
(At - Taubah : 95)

Jika cinta dan kemunafikan telah berdiri dalam tempat yang sama, maka garis tipis antara nurani dan syahwat memang akan sulit untuk
terlihat berbeda. Inilah kisah gemuruh pembantaian, penindasan dan otoritas dari orang - orang yang tidak pernah mengerti objektifitas dari "untukmu agamamu dan untukku agamaku"(Qs 109) lalu coba berkelit dari realitas yang sudah jelas di tulis bahwa Tidak ada paksaan dalam mengikuti agama Islam (Qs2:256).

Tapi sejak Yahudi lebih memilih untuk lebih percaya kepada sapi emas daripada mematuhi anjuran sang kekasih Allah Nabi Musa As. Maka sejak itu pula mahkota sejarah mempunyai definisi baru yang isinya berakhir dalam ketukan palu dan kesepakatan di rumah - rumah para pakar retorika `kebebasan, persamaan dan persaudaraan' yang tak
pernah mampu belajar dari busuknya sejarah yang selalu di tulis berdasarkan egosentris paling menjijikan dari para gentiles.

Ceritakanlah tentang jeritan tangis dan rasa kehilangan, kehampaan dan ketakutan dari teror - teror para ksatria `hak asasi dan demokrasi', yang menghujani bumi dan tanah leluhur dari para generasi Syahadatain. Cerita yang tidak ada habisnya dari Ketapel -
ketapel Baitul Maqdis, Iraq, Afghanistan, Khasmir, Chechnya hingga yang paling up date yaitu api sejarah baru di Beirut Libanon. Gambaran nyata bahwa dunia sedang kembali kepada budaya bar-bar yang memicu ulang energi sodom dan gomora dalam duet baru antara Abu Jahal dan Gengis Khan.

Dan memang benar jika Allah SWT menghendaki, niscaya seluruh batang hidung alam semesta ini akan dijadikannya dalam satu warna. Tetapi Allah memang hendak menguji kita (Qs 5:48). Untuk belajar bahwa menjadi Islam adalah sebuah sumpah yang setelah itu kamu akan diuji (Qs 29:2). Karena kita memang tidak sedang dididik untuk menjadi
penonton, tapi kita juga dididik untuk mengambil bagian dalam pertempuran sepanjang masa ini bahwasanya orang - orang yahudi dan nasrani tidak akan rela kepada Islam hingga Islam mengikuti ajaran mereka (Qs 2 : 120). Begitulah misi semesta ini telah mengajarkan kita pada sebuah panggilan yang akan mengingatkan kita pada perbedaan yang takkan pernah bersatu tentang definisi haq dan bathil, karena boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah Mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (Qs 2:216).

Disinilah semangatnya bertarung antara kepentingan jiwa dan nurani yang kafir melawan nurani yang memahami hakekat dari misi rahmatan lil `alamin ini, Semangat Abu Jahal melawan semangat Rasulullah SAW, Semangat paganisme melawan Kalimat Tauhid. Semua sudah di takdirkan, tongkat estafet dakwah itu sudah diturunkan. Dan ketika misi 23 tahun itu sudah selesai dan lelaki yang menjadi bagian mutlak dari kesempurnaan semangat tauhid itu harus kembali ke Penciptanya dan menitipkan cerita baru bagi sejarah emas ini, tentang kisah para penerus di masa yang akan datang, tentang kelanjutan misi robbani ini hingga ke penghujung zaman.

Tapi Iblis memang tidak pernah senang kepada Syariat Allah SWT, ia selalu ada bersama kita dari depan belakang, hingga kanan dan kiri (Qs 7 : 17). Meracuni semua aspek dalam kehidupan kita Bisikannya akan terus menghampiri dan memprovokasi langkah, pemikiran, tingkah laku kita agar selalu mendustai nikmat Allah SWT (QS 55) hingga menghancurkan peradaban kita dan mengingkari sumpah yang di hari kiamat membuat kita menjadi bagian dari para penghianat yang berkata
sesungguhnya pada saat itu kami lalai (Qs7:172) pada kebenaran Islam ini dan selalu mendengarkannya sambil bermain - main (Qs21:2). Keterlambatan penyesalan yang membuat semua manusia terkutuk itu menyesal dan berharap hidup kembali ke dunia menjadi orang muslim (Qs 15:2).

Maka semangat - semangat kita memang seharusnya diimunisasi ulang bersama identitas Syahadatnya. Agar ia tidak salah untuk digunakan. Agar poros pergerakan berbaris rapih seperti bangunan yang kokoh (Qs 61:4). Karena Syahadat adalah cermin dasar energi, kepribadian dan gairah hidup keislaman yang tidak bisa di jelaskan dengan
keterbatasan manusia. Supremasi yang mampu mencangkok ulang peradaban Anshor, Muhajirin dan Kabilah - kabilah Arab untuk mengerti bawah fanatisme suku, ras dan golongan hanya akan membawa umat manusia kepada kemudharatan panjang dan semua itu hanya bisa disatukan dalam ruh keimanan, lalu selanjutnya keimanan itu akan
menghidupkan semangat peradaban baru. Dalam satu payung yang mengikat semua dalam aturan yang sudah di gariskan bahwa Tidak ada tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT.

Dan Syahadatain memang telah membuktikan sejarahnya, Arab yang tidak pernah dianggap istimewa dalam peta sejarah dunia kini telah berubah menjadi cahaya baru yang sejukkan semesta dengan intisari peradaban yang haluan mata airnya dibangun dari pondasi kalimat Tauhid yang agung, dan teknis pelaksanaannya dibentuk oleh proses bersama sang suri teladan Rasulullah SAW. disusun bersama strategi yang mengukir
sejarah dalam sebuah semangat yang penuh hentakan yakin untuk berkata "wahai pamanku, demi Allah, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan agama ini, hingga Allah memenangkannya atau aku ikut binasa karenanya, maka aku tidak akan meninggalkan agama ini". keteguhan Rasullullah SAW yang kini lebih banyak terlupakan itu seharusnya mampu mengajarkan kita pada lapisan sejarah tentang ember bocor dari semua syair kebajikan Abu Thalib yang begitu setia menemani dan melindungi Rasulullah SAW inipun gagal untuk
menyelesaikan misteri seleksi alam itu, hanya karena semangat kebaikan beliau tidak terimunisasi dengan baik bersama hakekat syahadatain yang sesungguhnya.

Mari selamilah misteri semangat ini, pertarungan batin di ruang hati mereka yang terlanjur terjebak dan tidak mampu keluar seleksi panjang kehidupan dari sesuatu yang sering di anggap proses pembelajaran, yang disisi lain justru lebih banyak terlihat mencampuradukan antara hak dan batil. Salimul Aqidah yang kini telah tercemari oleh orientasi ghanimah dan thagut - thagut berlabel "kita jugakan harus menghargai latar belakang seseorang'. Ketakutan atas setiap friksi dan konfrontasi yang kini sudah tidak mampu melihat hakekat objektifitas yang sebenarnya.

Atau mungkin memang iblis di zaman ini telah ada dalam berbagai macam bentuk, bahkan merekapun bersyahadat diatas lidah dan bibir mereka, dan jika mereka bertemu dengan orang yang benar - benar beriman dan memperjuangkan syariat Allah SWT mereka akan
berkata "kami telah beriman", tetapi apabila mereka kembali kepada para setan - setan (pemimpin - pemimpin) mereka, mereka berkata "sesungguhnya kami bersama kamu (setan), kami hanya berolok - olok" (Qs 2 :14). Biarkanlah filterisasi alam akan meyeleksi semuanya. hingga kita dapat melihat pesan dari syair Hudaibiyah
dalam sebuah panggilan Baiat Ridhwah ketika Jadd bin Qais menjadi penerus Abdullah Bin Ubay yang selanjutnya. Kepengecutan yang menemami kemunafikan lalu melahirkan ekstremis - ekstremis baru, yang lebih ekstrem dari para pengecut propaganda yang mengkawinkan kebebasan dan hak asasi pada kacamata humanisme ala Robin Hood, yang melawan kedzaliman dengan strategi dari api lilin - lilin yang tidak mengerti janji tentang keabadian cahaya terang yang sebenarnya.

Hingga persis ketika Perjalanan Risalah ini sampai ketitik akhir kesempurnaannya dan Umar Bin Khatab ra berkata "Sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan". Ungkapan tulus yang keluar setelah beliau mendengarkan wahyu Allah SWT yang terakhir dari mulut Rasulullah SAW "Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan telah
Kuridhai Islam itu jadi agama kalian" (Qs 5:3). Begitulah semangat dan Syahadatain seharusnya bisa menjadi anugerah keseimbangan, yang porsi naturalisasinya hanya bisa kau petakan dengan iman dan keikhlasan nurani. Dan orisinalitasnya hanya bisa kita mulai dengan ruang - ruang yang penuh dengan marifatulloh lalu hidup pada nilai - nilai Marifatul sang rasul yang sempurna dan disempurnakan itu. Dan jika semua itu terlihat sekurang ramalan Umar Ra, mungkin itu semua karena memang kita sendiri telah lalai akan Syahadat kita. Karena bisa jadi kita memiliki syahadatnya tapi kita tidak mampu membangun semangat untuk menghidupinya atau kita memang memiliki semangatnya tapi
kita terlalu `pintar' untuk merenungi harta karun terdahsyat dari nilai jual tiada taranya dari sebuah semangat hidup yang dimulai dengan Syahadatain.

"Umat ini tidak bisa di kalahkan oleh umat manapun, ia hanya bisa dikalahkan oleh dirinya sendiri"
(As Syahid Sheikh Abdullah Azzam Dari Buku Bergabung Bersama Kafilah)

Oleh : Muhammad Thufail Al Ghifari